Rabu, 01 September 2010

KUNANG-KUNANG



KUNANG-KUNANG


Kunang-kunang Photuris lucicrescens dewasa.
Klasifikasi Ilmiah

Kerajaan : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Infrakelas : Neoptera
Superordo : Endopterygota
Ordo : Coleoptera
Upaordo : Polyphaga
Infraordo : Elateriformia
Superfamili : Elateroidea
Famili : Lampyridae

Subfamilies :

Cyphonocerinae
Lampyrinae
Luciolinae
Ototetrinae
Photurinae
Genus incertae sedis: Pterotus




--KUNANG-KUNANG--

Kunang-kunang adalah sejenis serangga yang dapat mengeluarkan cahaya yang jelas terlihat saat malam hari. Cahaya ini dihasilkan oleh "sinar dingin" yang tidak mengandung ultraviolet maupun sinar inframerah dan memiliki panjang gelombang 510 sampai 670 nanometer, dengan warna merah pucat, kuning, atau hijau, dengan efisiensi sinar sampai 96%.
Kunang-kunang termasuk dalam golongan Lampyridae yang merupakan familia dalam ordo kumbang Coleoptera. Ia berkerabat dengan kumbang kelapa atau kutu beras- hanya berbeda keluarga, kunang-kunang tergolong keluarga Lampyridae. Ada lebih dari 2000 spesies kunang-kunang, yang dapat ditemukan di daerah empat musim dan tropis di seluruh dunia. Dari 2000-an lebih jenis kunang-kunang, sebagian besar ditemukan hidup di daerah tropis termasuk Indonesia.
Seperti semua kumbang-kumbangan, kunang-kunang memiliki pasangan sayap depan keras yang berperan melindungi sayap belakangnya yang tipis dan transparan. Aktivitas terbang terutama dilakukan oleh pasangan sayap belakang. Dengan susunan sayap seperti itu kunang-kunang bukanlah penerbang cepat seperti capung atau penerbang lemah gemulai seperti kupu-kupu, kunang-kunang adalah penerbang yang kaku dan lamban.
Kunang-kunang jantan berbeda dengan betina dari ukuran tubuhnya yang lebih kecil. Mata majemuk kunang-kunang jantan lebih besar yang berperan penting dalam melihat cahaya kunang-kunang betina di rerumputan.
Kunang-kunang, juga disebut serangga petir, nama umum untuk semua keluarga besar kumbang bercahaya. Ada sekitar 1100 spesies yang ditemukan di seluruh daerah tropis dan subtropis. Kunang-kunang dewasa memanjang, relatif bertubuh lunak kumbang hingga 2,5 cm (hingga 1 in) lama. Umum spesies Amerika Utara sekitar 1 cm (sekitar 0,4 in) lama. Mereka adalah berwarna gelap, tetapi mungkin memiliki tanda kuning atau oranye. Luminescent kelenjar terletak di sisi bawah perut bagian belakang segmen (lihat Bioluminescence). Kedua jenis kelamin biasanya terbang, dan mereka memancarkan cahaya berselang sinyal untuk menarik pasangan atau mangsa. Mereka sering terlihat di padang rumput di akhir musim semi dan musim panas malam. Larva kunang-kunang aktif, tanah-tinggal predator. Larva dari beberapa spesies juga berkilau dan disebut glowworms, istilah yang juga diterapkan untuk phengodid kumbang, terkait erat dengan sebuah keluarga.


--CAHAYA KUNANG-KUNANG--

Cahaya kunang-kunang dihasilkan oleh organ penghasil cahaya, yaitu sisi bawah ruas khusus yang terletak pada bagian ujung perut. Organ cahaya umumnya berwarna kuning cerah dengan Jumlah satu atau beberapa ruas.
Pembentukan cahaya kunang-kunang melibatkan zat luciferin dan enzim luciferase yang dihasilkan oleh sel-sel yang menyusun organ cahaya. Cahaya kunang-kunang mungkin kuning kehijauan, hijau kebiruan atau merah jingga (tergantung jenisnya) dengan kekuatan sekitar 1/40 kandela. Pada jenis Photinus pyralis betina, kedipan cahaya terjadi setiap selang 2 detik sedangkan pada yang jantan setiap 5 detik.
Luciferase adalah nama sebuah enzim yang bisa memendarkan cahaya. Produksi cahaya pada kunang-kunang merupakan reaksi kimia yang terjadi pada organ pemancar cahaya, seperti bagian bawah abdomen (perut). Pada bagian ini, enzim luciferase menggunakan luciferin sebagai substrat untuk merangsang pemancaran cahaya. Cahaya yang dihasilkan memiliki panjang gelombang antara 510 sampai 670 nanometer dengan warna pucat kekuningan sampai hijau kemerahan.
Reaksi yang terjadi tersebut tergolong sangat efisien karena dari total reaksi, 96% diubah menjadi cahaya. Keberhasilan isolasi gen (kloning) luciferase dari kunang-kunang Photinus pyralis pada awal 1980-an oleh Helinski dan Marlene merupakan salah satu babak baru dalam perkembangan bioteknologi [4]. Sama halnya dengan GUS, luciferase juga digunakan untuk analisa ekspresi gen atau sebagai reporter.
Luciferase menghasilkan cahaya dengan cara mengoksidasi luciferin dan pada umumnya bersifat ATP-dependent. Penggunaan luciferase sebagai reporter gen memiliki keunggulan di antaranya luciferin (substrat) yang dipakai bersifat water soluble (larut dalam air) sehingga dapat dengan mudah masuk ke dalam sel. Selain itu, luciferase bisa melangsungkan reaksinya di dalam sel hidup karena produk reaksinya tidak bersifat toxic (beracun) bagi makhluk hidup.
Akan tetapi, meskipun kunang-kunang menghasilkan cahaya hampir 20 kali lebih besar dari bola lampu, suhu kunang-kunang tidak naik karena cahaya mereka bersifat dingin. Manusia hanya mampu membuat cahaya dingin dilaboratorium setelah melakukan serangkaian reaksi kimia.
Kunang-kunang dapat mengendalikan sepenuhnya pencahayaan, ia dapat menghidupkan atau mematikan cahaya kapanpun ia mau. Sifat pancaran cahaya tersebut berbeda-beda sesuai keadaan, sehingga kedipan cahaya tertentu menandakan bahaya sedangkan kedipan lain merupakan upaya menarik perhatian lawan jenis.



A. HABITAT

Banyak sepesies ini yang ditemukan di rawa atau hutan yang basah dimana tersedia banyak persediaan makanan untuk larvanya. Dan juga terdapat di tepi-tepi sungai maupun sepanjang sungai. Bila di desa, mungkin di daerah kebun atau biasa di sebut ‘tegalan’. Mungkin ada juga yang pernah menemukannya di areal pekuburan.



B. JENIS MAKANAN

Makanan kunang-kunang adalah cairan tumbuhan, siput-siputan kecil, cacing, maupun serangga lain.



C. CARA PEMELIHARAAN

Bila ingin memelihara kunang-kunang, sebaiknya menyiapkan tempat yang di desain hampir sama dengan habitat aslinya. Tidak harus seluas dengan yang aslinya. Yang penting kunang-kunang nyaman dan betah tinggal disana. Makanannya pun bisa di ambil dari alam sekitar kita.



D. REPRODUKSI

Diketahui ada dua tipe ritual perkawinan kunang-kunang. Tipe pertama, kunang-kunang betina akan melepaskan cahaya yang menarik perhatian kunang-kunang jantan. Pada tipe ini, kunang-kunang betina merupakan pihak yang aktif mencari pasangan sedangkan yang jantan pasif.
Pada tipe kedua, ritual perkawinan diawali dengan kedipan-kedipan cahaya kunang-kunang jantan yang mengabarkan bahwa ia adalah perjaka atau duda kesepian yang tengah mencari kekasihnya yang kini entah dimana. Terbang kian kemari sambil berharap ada kunang-kunang betina yang sedang mejeng mencari jodoh. Kedipan cahaya suatu jenis kunang-kunang memiliki warna, intensitas dan kekuatan yang khas sehingga hanya kunang-kunang jenis yang sama yang mampu mengartikulasikan makna kedipan cahaya tersebut. Kekhasan cahaya pada saat mencari pasangan ini pulalah yang digunakan oleh para ahli untuk membedakan berbagai jenis kunang-kunang.
Kunang-kunang betina jarang terbang mencari pasangan hidup, ia hanya menunggu di atas tanah atau rerumputan sambil berharap ada isyarat dari kunang-kunang jantan yang bakal menjadi tambatan hatinya. Ketika melihat cahaya kunang-kunang jantan, sang betina akan memberikan respon dengan pancaran cahaya yang mengisyaratkan bahwa ia telah mengenali signal sang jantan. Selanjutnya pejantan terbang menuju betina dambaan hidupnya. Setelah dekat, kunang-kunang jantan mengeluarkan cahaya terang berkali-kali, mungkin untuk meyakinkan bahwa cintanya tidak bertepuk sebelah tangan. Demikian juga si betina akan mengeluarkan sinar terang yang menandakan siap bercumbu, pejantan akan mendekati betina dan kemudian mereka kawin.
Proses perkawinan terjadi dengan saling menyentuhkan kedua alat kelaminnya yang berada di ujung perut dan dilanjutkan dengan transfer paket sperma dari pejantan ke tubuh betina. Paket sperma akan disimpan di dalam abdomen betina sampai ia siap bertelur. Proses perkawinan dapat berlanjut sepanjang malam, dan pada saat itu kunang-kunang tidak mengeluarkan cahaya.
Setelah proses perkawinan, betina langsung memakan sang kekasihnya yang telah membuahi sel telurnya. Serangga jenis tertentu juga ada yang mempunyai kebiasaan seperti ini seperti Black widow, dll. Dengan memakan lawan jenisnya, maka sang betina mendapatkan tambahan protein untuk membesarkan sel telur yang ada dalam tubuhnya.
Kunang-kunang bertelur pada saat hari gelap, telur-telurnya yang berjumlah antara 100 dan 500 butir diletakkan di tanah, ranting, rumput, di tempat berlumut atau di bawah dedaunan. Pekuburan yang tanahnya relatif gembur dan tidak banyak terganggu merupakan lokasi ideal perteluran kunang-kunang.
Setelah sekitar 30 hari, muncul larva kunang-kunang menyerupai cacing memancarkan cahaya, bentuknya pipih dengan kepala kecil dan rahang kuat. Fungsi cahaya pada larva hanya untuk memperingatkan pemangsa agar tidak mencoba mengganggunya. Aktivitas utama larva adalah makan makanan yang berupa cacing tanah, siput kecil atau serangga kecil lain.Masa larva merupakan masa paling lama yaitu sekitar1-2 tahun sebelum menjadi kepom-pong. Hanya sebagian kecil dari telur kunang-kunang menetas menjadi larva dan hanya sedikit larva yang sukses menjadi kepompong. Beberapa pemangsa memangsa telur maupun kunang-kunang yunior.
Sebelum menjadi kepompong larva akan membuat liang di dalam tanah. Selanjutnya ia akan masuk dan melingkarkan tubuhnya di dakam liang. Mulutnya akan mengeluarkan lendir lengket yang ditempelkan di dinding liang. Setelah sebulan larva beristirahat dalam bilik, ia menanggalkan kulit untuk terakhir kali dan memasuki masa kepompong. Kepompong pada mulanya berwarna kuning pucat dan perlahan-lahan menjadi gelap, masa kepompong berlangsung sekitar 10 hari.
Kunang-kunang dewasa keluar dari kepompong dengan tubuh pucat yang akhirnya berkembang menjadi lebih gelap. Kedua pasang sayap direntangkan agar mengembang dan kering. Kunang-kunang dewasa ini tinggal di dalam bilik selama beberapa hari sampai kedua sayap depannya benar-benar keras dan membentuk elitera, perisai yang melindungi kedua sayap belakangnya yang lunak. Kunang-kunang dewasa hidup selama 2 - 3 minggu,, untuk melakukan perkawinan. Selama itu aktivitas makan kunang-kunang sangat beragam, beberapa jenis hanya mengisap cairan tumbuhan sementara jenis lainnya meneruskan kebiasaan makan seperti ketika masih larva, sebagai pemakan serangga lain atau siput-siputan kecil.




E. PERANANNYA DALAM KEHIDUPAN

Seperti pada beberapa hewan lainnya, kunang-kunang juga memiliki arti penting dalambeberapa legenda dan kebudayaan. Dalam mitologi bangsa Maya, kunang-kunang sering dikaitkan dengan bintang. Kunang-kunang juga dianggap mewakili utusan dalam kuil-kuil Dewa Maya.
Orang-orang Cina kuno sering memasukkan kunang-kunang dalam sebuah kotak transparan untuk kemudian digunakan sebagai lentera. Sementara dalam kebudayaan dan ceritarakyat Jepang, kunang-kunang memiliki arti yang sama besarnya dengan bunga Sakura yang terkenal itu.
Kunang-kunang, yang memancarkan sinar untuk saling mengenali atau untuk memberi tanda kawin, menggunakan panjang gelombang sinar yang berbeda, tergantung pada spesiesnya. Selain itu, pada beberapa spesies, kunang-kunang jantan yang mula-mula menyorotkan sinar untuk menarik sang betina, sementara pada spesies lainnya, sang betina yang “memanggil.” Sebagian kunang-kunang menggunakan cahaya mereka untuk mempertahankan diri. Mereka mengeluarkan sinar sebagai tanda pada musuh bahwa mereka bukan makanan yang lezat.
Bagi kunang-kunang kelompok Photuris, cahaya mereka berperan pula dalam perburuan. Betina jenis ini dapat meniru kerlipan sinyal cahaya yang dipancarkan betina jenis lain, misalnya Photuris. Dengan sinyal cahaya palsu ini, kunang-kunang jantan jenis Photuris pun terjebak dan dimakan oleh Photuris betina.
Cahaya kunang-kunang berperan pula sebagai tanda peringatan, untuk memperingatkan antar-sesama jenisnya tentang ancaman bahaya, maupun peringatan bagi serangga dan burung pemangsa agar tidak memakannya. Sebab, zat pemicu pembentukan cahaya kunang-kunang berasa pahit. Kalaupun ada serangga pemangsa yang nekad, mereka biasanya memakan tubuh kunang-kunang dari bagian kepala, terus hingga ke bagian belakang, kecuali bagian perut yang tidak dimakannya.
Pemanfaatan sinar dingin di Tiongkok dimulai sejak Dinasti Ming 500 tahun yang lalu. Konon seorang ilmuwan zaman kuno menggunakan penerangan kantong berisi banyak kunang-kunang untuk membaca buku di malam hari, dan nelayan juga menggunakan"kunang-kunang" untuk penerangan di malam guna menangkap ikan. Sedang di zaman sekarang yang maju teknologinya, sinar dingin digunakan lebih luas. Penggunaan sinar dingin di sumur tambang untuk menghindari peledakan gas. Sinar dingin digunakan dalam penyapuan ranjau air dapat menghindari gangguan elektromagnetik lampu listrik. Dalam praktek klinis, sinar dingin digunakan untuk mendiagnosa sementara penyakit. Zat sinar dingin pada dinding ruang operasi atau perpustakaan bisa bercahaya di malam hari.
Kini ada arsitek menggunakan semacam zat sinar dingin khusus untuk membuat berbagai lukisan di ruang tidur. Gambar-gambar itu tidak terlihat di siang hari, dan baru akan tampak dengan menggunakan sorotan sinar ultra violet khusus di malam hari. Misalnya suatu alat untuk memperbaiki tidur sudah berhasil dibuat. Di siang hari, dalam kamar tidur tidak ada sesuatu yang istimewa, tapi setelah lampu dipadamkan pada malam hari menjelang tidur, langit-langit dan dinding kamar tidur akan memancarkan sinar berkedip-kedip, ditambah musik dan harum bunga yang lembut akan membantu anda cepat pulas. Alat "sinar dingin" yang modern itu sungguh mengagumkan, dan disambut hangat oleh masyarakat.
Sinar dingin warna-warni sedang memasuki berbagai bidang kehidupan kita. Misalnya anak kunci "sinar fluor" warna-warni yang muncul baru-baru ini mendapat sambutan luas. Anak kunci itu dihias dengan berbagai gambar warna-warni, sangat menarik, disamping berfungsi sebagai anak kunci, sangat mudah untuk dibedakan. Anak kunci kantor dan rumah serta kunci-kunci lain mudah sekali dibedakan asal diberi warna yang berbeda sehingga memudahkan untuk membuka pintu dalam keadaan gelap. Sinar dingin berwarna juga dapat digunakan untuk berbagai macam perhiasan, misalnya bingkai kacamata, alat memancing, anting-anting, gelang tangan, kalung dan lain-lain. Kembang api sinar dingin yang banyak digunakan dalam pertunjukan kesenian panggung, serta "tongkat sinar fluor" yang dimainkan penonton adalah produk yang memanfaatkan sinar dingin.

Detektor Bakteri dan Sel Kanker
Cahaya kunang-kunang kini dipakai dalam teknologi pendeteksian kuman mematikan, seperti E. coli atau legionella, dalam kolam renang dan tempat pemandian. E coli adalah bakteri penyebab penyakit saluran pencernaan manusia, sedangkan bakteri legionella merupakan bakteri penyebab penyakit paru-paru (sejenis pneumonia) dengan tingkat kematian penderita 5-15%. Kehadiran kuman tersebut di kolam renang tentunya tidak diinginkan. Para pakar dari Biotrace International telah berhasil membuat perangkat yang dapat mengenali keberadaan kuman-kuman tersebut dalam hitungan detik; lebih baik daripada cara lama yang memakan waktu berhari-hari. Alat ini bekerja menggunakan enzim luciferase kunang-kunang, yang akan menghasilkan cahaya ketika mengenai kuman bakteri tersebut. Jumlah bakteri yang ada pun dapat ditentukan berdasarkan kekuatan cahaya yang dihasilkan. Penggunaan alat ini telah merambah industri makanan, dan sekitar 15 juta paket alat tersebut telah terjual, demikian menurut BBC News, 9 Mei 2003.
Dua tahun lalu, meski baru tahap uji pada tikus, hasil kerja peneliti University of California, at Los Angeles (UCLA), Amerika Serikat, menemukan bahwa zat kimia yang menjadikan kunang-kunang bercahaya mungkin dapat membantu dokter mengetahui penyebaran kanker prostat sehingga dapat melakukan pengobatan langsung ke arah sasaran. Teknik rekayasa genetika digunakan untuk mengirim gen-gen zat kimia penghasil cahaya kunang-kunang langsung ke sel-sel kanker pada tikus percobaan. Setelah tiga minggu, kamera pencitra berhasil mengetahui sel-sel kanker pada sum-sum tulang belakang dan paru-paru karena cahaya kunang-kunang yang dipancarkan sel tersebut. Dr. Lily Wu, asisten profesor di UCLA, berkata: “Sekali Anda mengetahui di mana kanker itu berada, Anda mendapatkan pegangan untuk mengobatinya. Ini jauh lebih baik daripada mengobati keseluruhan tubuh dengan pengobatan kimia. Dengan melekatkan cahaya pada sel-sel kanker, kita dapat berkata, ‘nah, itu dia di sana’, dan kemudian membidiknya.” (BBC, Health, 22 Juli 2002). Kelebihan cara ini adalah, meskipun cahaya yang dihasilkan redup dan berada di dalam tubuh, namun masih bisa dideteksi dari luar menggunakan perangkat sensor tercanggih.
Dr. Theodossiss Theodossiou, dokter dari National Medical Laser Center Univeristy College, London juga menggunakan teknologi pencahayaan kunang-kunang dalam mengembangkan terapi fotodinamika. Teknik ini berupaya menghancurkan sel kanker dari dalam tubuh dengan menyisipkan gen yang akan menjadi sumber cahaya ke sel kanker itu sendiri. Setelah bercahaya layaknya kunang-kunang, sel kanker dipicu untuk menghasilkan zat racun yang kemudian memaksa sel kanker itu menghancurkan dirinya sendiri.
Para peneliti juga terilhami menggunakan teknologi pencahayaan kunang-kunang untuk berbagai hal, termasuk untuk memantau baik tidaknya teknik pengobatan baru bekerja. Di Michigan University, Amerika Serikat, dilaporkan bahwa teknologi ini dapat dipakai untuk mempercepat pengujian obat baru untuk penyakit seperti kanker, stroke, AIDS, kelainan kekebalan tubuh, penyakit darah, kerusakan akibat serangan jantung, penyakit karena kerusakan saraf, dan aneka kelainan lain yang memerlukan pembunuhan sel oleh obat, atau untuk menghentikan kematian sel. Teknik ini juga dapat dipakai untuk memonitor berbagai proses yang terjadi di tingkat sel.
Teknologi penggunaan cahaya kunang-kunang dalam beragam bidang oleh para pakar ini pastilah bukti akan kesempurnaan penciptaan kunang-kunang yang tak dapat dibuat oleh para pakar tersebut, dan mengilhami teknologi mereka. Semua ini merupakan cerminan kecerdasan tak tertandingi dari sang Pencipta, Allah SWT. Dialah Yang Maha Pemurah, yang menciptakan segala makhluk agar dipikirkan dan dimanfaatkan demi kemaslahatan manusia. Seharusnyalah manusia mengagungkan Allah, menghamba dan bersyukur kepadaNya.



F. KESIMPULAN

Kunang-kunang termasuk dalam golongan Lampyridae yang merupakan familia dalam ordo kumbang Coleoptera. Kunang-kunang mempunyai kemampuan menghasilkan cahaya sendiri. Luciferase adalah nama sebuah enzim yang bisa memendarkan cahaya pada kunang-kunang. Jarang ada orang yang ingin memelihara kunang-kunang. Menemukan hewannya saja juga susah. Hal itu dikarenakan karena habitatnya sudah terusik oleh ulah-ulah manusia sehingga mereka sulit berkembang biak. Tugas kita sebagai manusia lah untuk menjaga habitatnya dan mengembalikannya agar seimbang sehingga hewan-hewan seperti kunang-kunang ini dapat senantiasa melangsungkan keturunannya. Bila tidak, suatu saat nanti kunang-kunang berada dalam kategori binatang langka.



G. DAFTAR PUSTAKA

http://inahk68.blogspot.com/

http://faktaunik.wordpress.com/2009/08/14/tahukah-kalian-apa-fungsi-lampu-di-tubuh-kunang-kunang/

http://www.harunyahya.com

http://renrenblogs.blogspot.com/

http://rohissmandu.wordpress.com/

http://richmountain.wordpress.com/fauna/kunang-kunang/

http://miongbesar.blogspot.com/2009/09/kunang-kunang.html

http://id.wikipedia.org

http://ariferianto.wordpress.com/

http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/09/kunang-kunang/

http://www.kamusilmiah.com/biologi/mewarnai-dan-memendarkan-gen/

http://www.majalahbravo.com/home/

http://indonesian.cri.cn/1/2006/04/26/1@42224.htm

0 komentar:

Posting Komentar