Kamis, 19 Agustus 2010

Sebuah Cerita Tanpa Judul

Dibaca ya sampai akhir,, makasih...^_^...

Aku emang gak pernah ada. Kamu emang gak pernah nganggep aku ada. Selamanya bakal kayak gitu. Aku tahu. Jadi, pelan-pelan aku bakalan ngilang dari hadapanmu. Tapi pasti kamu gak bakal nyadar. Karena kamu gak pernah nganggep aku ada.
Senin pagi di minggu pertama Bulan September terlihat di atas, langit mendung. Memberikan keteduhan bagi peserta upacara yang tidak lain adalah siswa-siswi sebuah SMA di salah satu kota besar di Pulau Jawa. Namun harapan yang sebenarnya bukanlah suasana mendung seperti ini. Rinai gerimis membasahi bumi. Itulah harapanku. Bisa melihat rintik-rintik hujan jatuh bersama dengan semua orang yang kita sayang sepertinya menyenangkan. Lagian aku malas upacara kalau keadaannya kayak gini. Berpuluh menit dihabiskan dengan cara berdiri di lapangan yang kondisinya gak beda jauh sama gurun sahara. Apalagi kalau cuacanya lagi panas-panasnya. Banyak debu beterbangan. Nyiksa. Kalau habis hujan, malah lapangannya jadi becek. Emang pihak sekolah apa yang mau nyuci sepatu kita? Terus suasana waktu upacara malah ramai. Cuma petugasnya aja yang khusyuk. Ya sama aja keliatan gak kompak antara peserta sama petugas. Mending ikut nimbrung ngobrol aja deh. Kompak kan para pesertanya?Hehe..
Namun kali ini aku mencari sebuah sosok diantara barisan kelas 11 yang berada di bagian sebelah kanan bendera. Sedangkan aku yang kelas 10 berada di bagian depan bendera. Aku pernah melihatnya saat promosi sebuah ekskul waktu MOS. Sebuah ekskul yang selalu menerapkan kedisiplinan (kalau diperhatiin, sebenarnya hampir semua ekskul selalu menerapkan kedisiplinan deh, cuma pada gak nyadar aja). Aku ingin mengenalnya. Lalu kuputuskan untuk masuk ekskul itu. Sebuah keputusan yang aneh. Karena sejak daftar di SMA ini aku udah mutusin gak mau ikut ekskul manapun. Aku bukan orang yang aktif di ekstrakulikuler. Sekarang, aku punya mimpi. Aku ingin berada di dekatnya, aku ingin menjadi orang yang spesial baginya, aku ingin membuat dia bahagia. Sehebat apapun dia, akan kukejar ! Aku emang bukan cewek yang sempurna. Aku cewek biasa. Tapi aku punya mimpi setinggi langit. Semua itu karena dia. Karena dia adalah mimpiku, langit bagiku. Aku gak bakal nyerah ngejar mimpiku ! Mimpiku gak sekedar cuma jadi mimpi !
Tapi ternyata, hatinya udah dimiliki orang lain. Aku gak kenal cewek yang udah bikin dia jatuh cinta. Pasti cewek itu punya sesuatu yang gak dimiliki cewek lain. Sesuatu yang spesial yang disadari olehnya. Aku bener-bener drop. Aku pasti kalah jauh dari cewek itu. Lagian aku juga belum bisa bikin dia tersenyum bahagia. Kalau cewek itu bisa, lebih baik aku nyerah ngejar dia. Lebih baik aku membantunya mendapatkan kebahagiannya. Namun aku ingat sebuah kalimat dari temanku, yang bunyinya : “sekerasnya batu, pasti ia akan berlubang juga kalau ditetesi air setiap hari.” Temanku yang lain juga berkata : ”Itu berarti kamu menyayanginya. Tapi nggak ada artinya kalau nggak diucapkan. Apalagi kalau menyerah dulu sebelum melakukan apa-apa. Lakuin semua yang bisa kamu lakuin sebelum terlambat.” Aku percaya semua itu. Dan aku ingin melakukan sesuatu untuknya, agar dia bisa menganggapku ada. Tiba-tiba hadir sebuah harapan baru yang muncul. Aku akan berusaha mengejarnya ! Setidaknya langkah pertama !
Awalnya kucoba sms dia. Namun beberapa kali tak dibalas. Kusapa saat berjumpa di lorong sekolah. Diacuhkan. Kucoba mengajaknya ngobrol waktu pertemuan di ekskul. Sepertinya aku hanya jadi pengganggunya. Aku jadi takut kalau ternyata dia membenciku. Itu menyakitkan. Sejenak diriku patah semangat tuk mengejarnya. Kuputuskan tuk hanya memandangnya saja. Itu sudah cukup membuatku bahagia. Padahal aku ingin tau semua hal tentang dia. Apa yang membuatnya senang, sedih,tertawa. Aku ingin tahu semuanya.
Dengan hanya melihatnya tertawa. Seakan dia menunjukkan bahwa hidup itu indah, menyenangkan. Indah? Menyenangkan? Aku sebenarnya tak bisa menjelaskannya dengan kata-kata. Kedamaian, perasaan tenang, bahagia, tanpa kesedihan, nyaman, tanpa beban, itulah yang kurasakan saat berada di dekatnya. Dia yang membuatku patah semangat, dia juga penyemangatku. Walaupun dia gak tau. Dia seperti kunang-kunang indah yang menghiasi langit saat malam hari. Saat kegelapan, keputusasaan, kesendirian, kesedihan manusia menyelimuti hitamnya langit bercampur dinginnya angin. Dialah cahaya harapanku.
Rasanya ada yang kurang dalam hidupku saat aku menyerah untuk mengejarnya. Lalu kulihat orang-orang di sekitarku. Aku yakin, tak cuma diriku yang punya mimpi. Hampir semua orang, gak, pasti, pasti semua orang punya mimpi. Aku juga akan berjuang bersama mereka untuk meraih mimpi kami masing-masing. Karena manusia punya semangat untuk hidup karena mereka masih punya mimpi ! Lalu, apa ya impiannya? Aku ingin sekali menjadi impiannya dan berada di sisinya.



Itu semua, harapanku 2 tahun yang lalu. Sebelum terjadi sebuah kejadian yang merenggut semua mimpiku yang baru saja tertanam dalam diriku. Perasaanku tetap tak tersampaikan padanya. Padahal ada hari dimana aku bisa bertemu dengannya, berada di dekatnya. Bodohnya aku gak pernah nyatain perasaanku ke dia. Perasaanku yang sebenarnya tersimpan rapi di lubuk hatiku yang terdalam. Hanya beberapa temanku yang tau sepenggal perasaanku ke dia. Namun tidak semuanya. Hanya aku dan Tuhan yang tahu semuanya. Saat-saat dimana aku curi-curi pandang, menguak sedikit info tentang dia dari teman satu ekskul, berdoa pada Tuhan agar dia selalu bahagia. Tak ada orang lain yang tahu semuanya.
Andaikan bisa, aku berharap bisa diberi kesempatan lagi, nyawa lagi. Untuk bertemu dengannya, untuk mengobrol dengannya, untuk menyampaikan semua perasaanku padanya. Agar hatiku benar-benar tenang dari segala kegundahan yang kurasakan selama ini karena tak bisa menyatakan perasaaku padanya. Tak lagi menunggunya disini, tempat ini. Hanya itu harapanku sekarang...ya, sekarang...Dia tetap mimpiku..Meski aku tak punya raga lagi..
Kini aku sadar apa artinya kesempatan, pertemuan, menunggu, dan hidup. Kesempatan melihat orang yang disayang, membahagiakan orang yang disayang, menyatakan perasaan, hanya hadir saat bertemu dengan mereka, saat masih hidup. Saat raga sudah kembali pada sang Pencipta, segalanya tlah terlambat. Yang tertinggal adalah ’apa yang tlah aku perbuat semasa hidupku’. Itulah yang mereka ingat. Tapi dia tak pernah mengingatku. Tak akan pernah. Karena hanya aku yang punya kenangan tentang dia, bukan kami. Andaikan bisa, aku ingin membuat kenangan bersamanya.
Teman, sampaikan padanya semua hal yang telah kuceritakan padamu. Dulu kami dinaungi langit yang sama. Tapi kini tidak lagi, karena aku harus pergi.. ke tempat yang kalian semua akan datangi..

0 komentar:

Posting Komentar